Selasa, 14 Agustus 2018

Seorang Jenderal, Prabowo Subianto Akan Bertarung Dan Pantang Mundur

Seorang Jenderal, Prabowo Subianto Akan Bertarung Dan Pantang Mundur
Topik Aktual. Belakangan, suara-suara yang mendorong agar Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, menjadi ‘King Maker’ dan menyerahkan mandat calon presiden (Capres) kepada figur lain, berhembus cukup kencang. Pengamat politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta, tak sepakat dengan hal ini.

Menurut dia, mantan Danjen Kopassus itu merupakan sosok ‎’Play Maker’, yang pantang mundur.
“Prabowo seorang jenderal, dia tak akan kalah sebelum berperang. Dia akan menjadi ‘Play Maker’ dan bertarung dengan Jokowi di Pilpres mendatang,” kata Emrus. Disampaikan, selama ini Prabowo berhasil ‎mendirikan, memimpin dan membesarkan Gerindra. Bahkan, Gerindra mampu masuk ke tiga besar dalam raihan kursi di DPR RI, mengalahkan partai-partai berpengalaman lain.

Partai berlambang kepala Garuda warna merah itu, meraup 14.760.371 (11,81%) suara nasional, atau setara dengan 73 kursi (13%) kursi di parlemen. “Melihat rekam jejaknya, baik di militer, politik, dan keseharian, Prabowo sosok yang pantang mundur,” ujar Emrus. Dia menilai, Prabowo tak akan mau menjadi ‘King Maker’, pada Pilpres 2019 nanti. Selain bukan mencerminkan karakter Prabowo, hal itu dihawatirkan akan menurunkan perolehan suara Gerindra di pemilihan anggota legislatif (Pileg) yang digelar secara bersamaan dengan Pilpres di 2019.

“Citra Gerindra begitu lekat dengan ketokohan Prabowo‎. Sehingga, jika ia menyerahkan tiket calon presiden kepada orang lain, itu sangat berpotensi menggerus suara Gerindra dalam Pileg mendatang,” paparnya. Isu Prabowo akan menyerahkan tiket Capres kepada orang lain mulai santer berhembus, sejak ada sejumlah opsi pasangan calon (paslon) untuk menggantikan sang Ketua Umum Gerindra. Namun, isu itu akhirnya ditepis secara tegas oleh Ketua DPP Gerindra, Ahmad Nizar Patria.

Dalam berbagai kesempatan, Nizar menegaskan Gerindra tak pernah menyarankan Prabowo untuk menjadi ‘King Maker’. Akan tetapi, menurut Nizar, wajar jika wacana itu dihembuskan oleh anggota partai mitra koalisi. “Kans Prabowo untuk menang masih cukup terbuka. Sebab, elektabilitas Jokowi saat ini belum mencapai 50%. Tinggal bagaimana memunculkan Cawapres yang bisa mendongkrak elektabilitas Prabowo,” urainya.

Di samping itu, sambung Emrus, tim pemenangan Prabowo bisa memainkan kelemahan-kelemahan pembangunan di era Presiden Jokowi. Tentu, menurut dia, tak hanya sekadar melontarkan kritik, melainkan juga memberikan tawaran solusi-solusi yang tepat, jika nantinya terpilih. ‎”Tidak ada pemimpin yang sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangan di sana-sini.

Kekurangan ini yang harus diperhatikan Prabowo. Ini yang bisa ditawarkan kepada publik dan apa yang dilakukan ke depan sehingga jauh bermanfaat bagi masyarakat,” papar dia. Di sisi lain, Emrus juga menyayangkan pihak-pihak yang terkesan mendorong-dorong agar Prabowo tidak maju dan menyerahkan mandat kepada figur lain. Di antaranya disarankan agar menyerahkan mandat kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

“Bukankah Anies mengatakan secara implisit akan menyelesaikan tugas sebagai Gubernur. Bisa jadi kalau Anies berhasil membangun Jakarta lima tahun ini, nanti justru baik bagi Anies ketika memutuskan bertarung dalam Pilpres 2024 mendatang. Karena itu, sudahlah jangan dorong-dorong Anies untuk maju (di Pilpres 2019 ini),” pungkas Emrus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar